Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat Datang di Jejaring MI Gemaharjo 1, Semoga Bermanfaat Untuk Kita. Amiin.

Visi MI Gemaharjo I

Terwujudnya Madrasah Ibtidaiyah Yang Mandiri Responsip Berdaya Saing Serta Mampu Menghasilkan Lulusan Yang Unggul Berdasarkan Iman Dan Taqwa.

Motto

Menggali Semua Potensi, Ntuk Mengukir Puncak Prestasi.

Mutiara Hikmah

Janganlah Anda tertipu dengan banyaknya amal ibadah yang telah Anda lakukan, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah menerima amalan Anda atau tidak.

Alamat Kampus

Jl. Raya Thukul RT. 02/01 Desa Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Kode Pos 66382 Telp. (0355) 551277.

Selasa, 26 Juli 2011

Melatih Anak Bermental Juara

Setiap anak memiliki impian dan cita-cita yang berbeda-beda seperti ingin menjadi dokter, insinyur, atau pemain sepak bola. Semua yang diimpikan anak akan terwujud dengan dukungan moril, materi, serta lingkungan disekitar, termasuk lingkungan keluarga. Tanpa dukungan tersebut, anak kemungkinan agak sulit untuk meraih prestasi dan cita-cita yang mereka inginkan.
Banyak orang yang berpikir bahwasanya pendidikan yang tinggi akan menentukan keberhasilan sseorang. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak 100 % menjamin bahwasanya anak akan memiliki mental juara. Anak yang sangat pintar di sekolah dengan nilai yang tinggi dinyatakan sebagai juara yang sempurna.

Pada dasarnya, anak dikatakan menjadi juara saat anak berhasil melakukan suatu tugas. Banyak orang tua yang kurang menyadari makna sesungguhnya dari istilah sang juara. Sekarang adalah saatnya membentuk mental sang anak untuk menjadi mental juara. Orang tua diharapkan dapat membantu anak menang dalam setiap langkahnya dengan cara menghargai sekecil apapun prestasi yang dimiliki. Denagn demikian, anak akan belajar menghargai orang lain.

Dra.Puji lestari Prianto, M.Psi, dosen psikologi Pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menyebutkan bahwa membentuk mental juara berarti melatih anak untuk lebih tangguh menghadapi segala tantangan hidup dan menjadi anak yang mandiri tentunya.
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari pembentukan mental juara anak antara lain anak menjadi siap, tidak bergantung pada orang lain, percaya diri, tidak cepat putus asa, serta menjadi sosok pribadi yang terbiasa memecahkan masalah.

Cara cepat membantu anak membangun mental juara adalah dengan tidak selalu membantu anak dan tidak menganggap anak masih kecil. Selain itu, orang tua harus menanamkan motivasi dalam diri anak sehingga anak tidak harus selalu disuruh dan ditentukan lingkungannya.

Latih mental Juara Sejak Dini
Berdasarkan teori Erikson tentang psikososial anak, tahun-tahun pertama merupakan tahun pembentukan dasar kepribadian anak dan lingkungan sosial memiliki pengaruh yang amat besar.
Trust dan mistrust akan menyertai awal kehidupan anak. Trust menunjukkan adanya perasaan nyaman secara fisik dan sedikit rasa takut. Jika anak tidak merasa nyaman dengan lingkungannya, maka mistrust akan muncul. Untuk itu, utamakan kenyamanan dan kebahagiaan anak dengan cara yang menyenangkan. Jangan sampai anak merasa terpaksa melakukan sesuatu.
Selanjutnya, pada usia 1-3 tahun, akan muncul rasa autonomi dan shame and doubt. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan tingkah lakunya. Ketika anak mencoba sesuatu, autonomy akan muncul, sebaliknya jika nak banyak dilarang, maka akan menjadi pemalu.

Sementara itu, anak usia 3-5 tahun, anak memiliki initiative dan guilt. Masa ini muncul diusia pra-sekolah dimana anak mulai aktif dan beradaptasi dengan lingkungan. Berkembangnya rasa tanggung jawab akan menanamkan rasa inisiatif pada anak. Pengalaman yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya sehari-hari akan menjadikan anak mandiri, penuh inisiatif, dan percaya pada dunia. Ini lah sebenarnya yang dibutuhkan pada mental juara sang anak.

Kumpulan Logo Dinas






Cara membentuk Anak Kreatif

Selama ini kreativitas menjadi hal yang terus diteliti oleh para ahli. Kerap muncul pertanyaan mengapa orang ini lebih kreatif dibanding yang lainnya. Kita sering menjumpai orang yang mampu menulis novel, puisi, atau membuat karya-karya lainnya dengan membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

Pada tahun  1940an, Guilford mengembangkan model kecerdasan manusia yang kemudian dipakai beberapa ahli sebagai dasar untuk meneliti keativitas anak. Variabel yang diginakan meliputi perbedaan berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen bertujuan untuk menemukan satu jawaban yang benar yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang kurang kreatif.
Pada kenyataannya, orang-orang kreatif lebih berpikir secara divergen tanpa terikat pendapat umum lainnya. Dasar inilah yang membuat seorang ilmuan Roger W Sperry dari California Institute of Technology pada tahun 1960an memperkenalkan perbedaan antara ortak kanan dan kiri. Otak kiri digunakan untuk berfikir konvergen dan otak kanan untuk divergen. Dengan demikian, kreativitas dapat dikembangkan, khususnya sejak dini pada masa kanak-kanak.

Peran Lingkungan
Pada dasarnya, setiap orang memiliki potensi kreatifitas tersendiri. Potensi tersebut bergantung pada lingkungan dimana mereka tinggal. Oleh kareana itu, anda sebagai orang tua juga harus menciptakan lingkungan yang mendukung kreatifitas anak Anda.

Seorang konsultan senior di Propotenzia psycology & HR Consultant, Lina, memaparkan beberapa ciri-ciri anak kreatif seperti sellau ingin tahu, memiliki minat yang sangat luas, percaya diri, berani beropendapat, spontan, berjiwa petualang, dan berani mengambil resiko. Sedangkan anak yang cerdas memiliki ingatan yang baik, mudah menangkap pelajaran, dan cepat mendapatkan problem solving.

Terkadang kreativitas muncul saat kita tidak sedang melakukan pekerjaan yang ditekuni kareana otak terus bekerja mengolah informasi yang sudah diterimanya. Jadi, pastikan anak dalam kondisi ceria dengan emosi yang stabil untuk membangun kemampuan kreativitasnya.

Temperamen
Sehubungan dengan daya kreativitas anak, sifat yang temperamen juga masih sering mempengaruhi. Ada tiga jenis temperamen yang umum terjadi yaitu easy going, slow to warm, dan difficult. Anak yang easy going umumnya ceria dan mudah bergaul dengan sesama teman. Sedangkan anak dengan sifat slow to warm memerlukan waktu lebih untuk bisa akrab dengan yang lain. Berbeda dengan sifat temperamen yang difficult dimana biasanya anak dengan sifat ini mudah sedih, marah, dan cengeng. Jadi, orang tua harus membantu anak untuk mengembangkan diridari sifat temperamennya.

Langkah-langkah
Langkah awal yang harus dilakukan orang tua adalah menerima dan menghargai semua keunikan anak. Anak yag kreatif juga didukung dari suasana keluarga yang memberi kebebasan pada anak. Selain itu, orang tua juga harus selalu mendorong anak untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi keinginannya.

Perlu diingat pula, anak yang kreatif biasanya juga tumbuh dari jiwa orang tua yang kreatif yang selalu mengajak anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas baru seperti memasak, jalan-jalan kemuseum, memperbaiki mainan, dan membuat barang kerajinan tangan.

Cara Merangsang Anak Belajar

Kadang kita melihat, ada sebagian anak tampak senang sekali dengan situasi sekolahnya. Otak anak diibaratkan seperti spons yang dapat menyerap apa saja yang terjadi dengan lingkungannya. Anak-anak seperti ini biasanya menunjukkan prestasi belajar yang baiknantinya.

Namun sebagian lain dari anak-anak tersebut tampak menunjukkan sikap negatif terhadap sekolah. Mereka tampak enggan melakukan berbagai kegiatan. Atau malah suka menyendiri dari pada bergabung bersama teman-temannya. Jika demikian, bagaimana mengharapkan anak-anak ini berprestasi kelak?

Yang sering terjadi kemudian, orang tua lalu menyalahkan guru dan sekolah karena rendahnya motivasi anak-anak mereka untuk belajar. Padahal, menurut Dr. Sylvia Rimm dalam bukunya Smart Parenting , How to Raise a Happy Achieving Child , orang tua memiliki pengaruh positif yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anaknya.

Berikut ini beberapa kiat/cara yang dapat diterapkan sejak dini untuk membantu meningkatkan keinginan si kecil belajar dan berprestasi di sekolahnya kelak. Tentu saja tidak dengan cara memaksa maupun menuntut, namun lebih pada berbagai arahan dan dukungan yang membuat anak merasa nyaman berkegiatan.

Menciptakan Rutinitas
Rutinitas membantu anak mandiri menjalani hari-harinya. Jika terus bergantung pada orang dewasa, anak-anak ini akan memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, dan belajar bahwa orang lain akan selalu mengambil tanggung jawab dirinya. Akibatnya, aktivitas Anda juga terganggu dengan ketergantungan anak. Karenanya, ciptakan rutinitas sejak dini dengan membiarkan si kecil melakukan sendiri kegiatan rutinnya. Misalnya, bangun tidur, diikuti dengan membersihkan tempat tidur, menggosok gigi lalu sarapan bersama-sama Anda.

Pembiasaan Belajar
Anak usia pra sekolah memang belum memiliki beban akademis yang mengharuskannya belajar pada waktu-waktu tertentu di rumah. Namun tidak ada salahnya Anda membiasakan anak duduk di meja belajar yang disediakan baginya pada saat yang sama setiap harinya, dan untuk jangka waktu yang sama pula.

Meningkatkan Komunikasi
Komunikasi yang baik merupakan prioritas utama dari semua kebiasaan yang dapat meningkatkan keinginan anak berprestasi. Mendengar adalah salah satu bagian penting dalam komunikasi. Jika orang tua terbiasa mendengar anaknya berbicara, maka anak juga akan mendengar jika Anda berbicara. Menurut Dr. Rimm, jika orang tua memiliki kebiasaan bercakap-cakap secara teratur setiap harinya, anak akan lebih terbuka kelak ketika memasuki usia remaja. Terkadang, keengganan anak untuk berprestasi (underachievement) merupakan efek lanjutan dari komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.

Bermain & Permainan
Bermain merupakan sarana utama bagi anak untuk belajar dan permainan merupakan bentuk latihan yang bagus untuk menghadapi kompetisi. Manfaat mainan dan permainan, antara lain meningkatkan imaginasi dan pelampiasan emosi. Cobalah bersenang-senang bersama dengan menciptakan berbagai permainan dengan anak.

Menjadi Model Bagi Anak
Anak akan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan Anda, orang tuanya, sebagai model yang patut diikuti. Namun, tentu saja si kecil hanya akan meniru perilaku yang terlihat olehnya. Anda bisa mulai menunjukkan pada si kecil bahwa Anda sangat menyukai apa pun yang Anda kerjakan. Karena, jika tidak, si kecil akan meniru perilaku Anda yang gemar mengeluhkan pekerjaan. Bukan tidak mungkin jika nantinya si kecil akan sering mengeluhkan pelajaran maupun guru-guru di sekolahnya jika Anda tidak segera mengubah sikap.

Senin, 25 Juli 2011

Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik


Dalam sebuah tulisannya, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengetengahkan tentang 7 (tujuh) prinsip praktik pembelajaran yang baik yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, baik  bagi guru, siswa, kepala sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya yang terkait dengan pendidikan.
Di bawah ini disajikan esensi dari ketujuh prinsip tersebut dan untuk memudahkan Anda mengingatnya, saya buatkan  “jembatan keledai”  dengan sebutan CRAFT HiT

1.      Encourages Contact Between Students and Faculty
Frekuensi kontak antara guru dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan faktor yang amat penting untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan seringnya kontak antara guru-siswa ini, guru dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap siswanya. Guru dapat membantu siswa ketika melewati masa-masa sulitnya. Begitu juga, guru dapat berusaha  memelihara semangat belajar, meningkatkan komitmen intelektual siswa, mendorong mereka untuk berpikir tentang nilai-nilai mereka sendiri serta membantu menyusun rencana masa depannya.

2.      Develops Reciprocity and Cooperation Among Students
Upaya meningkatkan belajar siswa lebih baik dilakukan secara tim dibandingkan melalui perpacuan  individual (solo race). Belajar yang baik tak ubahnya seperti  bekerja  yang baik, yakni kolaboratif dan sosial, bukan kompetitif dan terisolasi. Melalui bekerja dengan orang lain,  siswa dapat meningkatkan  keterlibatannya dalam belajar. Saling  berbagi ide dan mereaksi  atas tanggapan  orang lain dapat semakin mempertajam pemikiran dan memperdalam pemahamannya tentang sesuatu.

3.      Encourages Active Learning
Belajar bukanlah seperti sedang  menonton olahraga atau pertunjukkan film. Siswa tidak hanya sekedar duduk di kelas untuk  mendengarkan penjelasan guru, menghafal paket materi yang telah dikemas guru, atau menjawab pertanyaan guru. Tetapi mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari dan dapat menuliskannya, mengaitkan dengan pengalaman masa lalu, serta menerapkannya dalam  kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus menjadikan  apa yang mereka pelajari  sebagai bagian dari dirinya sendiri.

4.      Gives Prompt Feedback
Siswa membutuhkan  umpan balik yang tepat dan memadai atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengambil  manfaat dari apa yang  telah dipelajarinya. Ketika hendak memulai belajar, siswa membutuhkan bantuan untuk  menilai pengetahuan dan kompetensi yang ada. Di kelas, siswa  perlu sering diberi kesempatan  tampil dan menerima saran agar terjadi perbaikan. Dan pada bagian akhir, siswa perlu diberikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih perlu diketahui, dan bagaimana menilai dirinya sendiri.

5.      Emphasizes Time on Task
Waktu + energi  = belajar. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan  sesuatu yang sangat penting bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan dalam mengelola waktu efektif belajarnya. Mengalokasikan jumlah waktu yang realistis artinya sama dengan belajar yang efektif bagi siswa dan pengajaran yang efektif bagi guru. Sekolah seyogyanya dapat  mendefinisikan ekspektasi waktu bagi para siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya untuk membangun kinerja yang tinggi bagi  semuanya

6.      Communicates High Expectations
Berharap lebih dan Anda akan mendapatkan lebih. Harapan yang tinggi merupakan hal  penting bagi semua orang.  Mengharapkan para siswa berkinerja atau berprestasi baik pada gilirannya akan mendorong guru maupun  sekolah  bekerja keras dan berusaha ekstra untuk dapat memenuhinya

7.      Respects Diverse Talents and Ways of Learning
Ada banyak jalan untuk belajar. Para  siswa  datang dengan membawa bakat dan gaya belajarnya masing-masing  Ada yang kuat dalam matematika, tetapi lemah dalam bahasa, ada yang mahir dalam praktik  tetapi lemah dalam teori, dan sebagainya.   Dalam hal ini,  siswa perlu diberi  kesempatan untuk menunjukkan bakatnya  dan belajar dengan cara kerja mereka masing-masing. Kemudian mereka didorong untuk belajar dengan cara-cara baru, yang  mungkin ini bukanlah  hal mudah bagi guru untuk melakukannya.

Pada bagian lain, Arthur W. Chickering dan Zelda F. Gamson mengatakan bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi  mereka tetap membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif  bagi praktik pembelajaran yang baik. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan tersebut meliputi:  (a) adanya rasa tujuan bersama yang kuat; (b) dukungan kongkrit dari  kepala sekolah dan  para administrator  pendidikan untuk  mencapai tujuan ; (c) dana yang memadai sesuai dengan tujuan; (d) kebijakan dan prosedur yang konsisten dengan tujuan; dan (e) evaluasi yang berkesinambungan tentang sejauhmana ketercapaian tujuan.

Mari Berbagi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More